Sebanyak 64 tim antar desa se-Jawa Timur bakal bersaing pada Festival Dayung Tejoasri yang akan digelar di Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Minggu (14/9), dengan tujuan melestarikan olahraga tradisional sekaligus mempererat persaudaraan.
Kepala Desa Tejoasri Yusuf Bachtiar mengatakan festival ini digelar di Bengawan Mati dan terbuka bagi peserta antardesa dari berbagai wilayah di Jawa Timur.
“Ajang ini bukan hanya lomba olahraga, melainkan wadah silaturahmi sekaligus menjaga tradisi dayung agar tetap hidup di tengah masyarakat,” ujarnya saat dikonfirmasi di Lamongan, Jawa Timur, Sabtu.
Ia menjelaskan, setiap tim beranggotakan delapan pendayung, satu maskot, satu ofisial, dan satu cadangan. Panitia juga memperbolehkan tambahan maksimal tiga pemain dari luar desa.
"Peserta wajib menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Izin Mengemudi (SIM)serta membawa surat delegasi dari kepala desa," jelasnya.
Mantan jurnalis tersebut menambahkan bahwa festival yang digelar bukan hanya sekadar ajang hiburan, tetapi juga sarana menyampaikan nilai sejarah dan budaya kepada publik.
Menurut dia, sebagai Naditira Pra Desa yang berada di bantaran Bengawan Solo, mempunyai tanggung jawab menjaga kejayaan sungai yang dulu menjadi pusat peradaban.
“Bengawan Solo pada masa jayanya merupakan denyut nadi ekonomi, pusat kehidupan, sekaligus sumber kebanggaan. Karena itu, pada tahun ini kami juga mempersembahkan pertunjukan bernuansa sejarah yakni kolosal Joko Tingkir dan tradisi Siraman Tukon Banyu yang diperagakan warga setempat,” tuturnya.
Sebagai informasi, Panitia pelaksana menetapkan biaya pendaftaran sebesar Rp400 ribu per tim dengan total hadiah Rp20 juta, dengan fasilitas yang disediakan yakni, perahu dan perlengkapan dayung agar pertandingan berlangsung adil serta meriah.
Festival tersebut rencananya digelar mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menyambut positif penyelenggaraan festival tersebut karena dinilai mampu menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Kegiatan ini contoh nyata bagaimana desa bisa menjadi pusat kreativitas. Selain melestarikan budaya lokal, festival juga memberi manfaat ekonomi melalui UMKM,” katanya.
Dia berharap festival dayung di desa setempat dapat menjadi agenda tahunan dan berkembang ke tingkat nasional.
“Pemkab Lamongan akan terus mendukung event yang memperkuat identitas lokal sekaligus menjadi magnet wisata,” ujarnya.
Sumber : antaranews.com