Kirab budaya dalam rangka Pengetan Suro dan Grebek Wilwatikta digelar khidmat dan semarak di Komplek Makam Ibunda Patih Gadjah Mada, yang berada di Gunung Ratu, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, pada Jumat (27/6). Acara ini diselenggarakan untuk memperingati Tahun Baru Jawa 1959 dan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah.
Acara yang diselenggarakan oleh Paguyuban Budaya Wilwatikta Nusantara (PB Wilwatikta) ini dihadiri langsung oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya menjaga jati diri bangsa melalui pelestarian budaya.
“Negara maju secara ekonomi dan teknologi pun sering kali tertinggal dalam hal pelestarian budaya. Maka dari itu, kita sebagai warga Lamongan harus terus menjaga dan merawat tradisi luhur ini,” tegas Pak Yes, sapaan akrab bupati Lamongan.
Pak Yes disambut secara adat melalui prosesi cucuk lampah, disusul rombongan pembawa tombak dan ancak. Tiga tombak simbolis ditancapkan langsung oleh Bupati sebagai bentuk komitmen persatuan dan kerja sama antara paguyuban budaya, pemerintah daerah Kabupaten Lamongan, dan Indonesia.
Kirab budaya ini menjadi saksi hidup pelestarian budaya warisan leluhur. Ratusan masyarakat tumpah ruah mengikuti prosesi yang dimulai dari Makam Gajah Mada menuju Pendopo Makam Ibu Ratu Dewi Andongsari. Kirab ini diwarnai dengan beragam ritual sakral: sungkeman, cipratan tirta suci dari tujuh sendang kaki Gunung Ratu, ritual Suro, doa lintas agama, serta wilujengan.
Menariknya, 30 kendi turut dibawa dalam prosesi sebagai simbol perjalanan manusia dari zaman awal hingga akhir. Air dalam kendi-kendi tersebut berasal dari tujuh sendang di bawah kaki Gunung Ratu.
Selain itu, pentas tarian Mustika Tribuaneswari turut memperkaya makna acara dengan menceritakan sejarah tokoh Tribuaneswari secara artistik dan menggetarkan.
“Tanpa dukungan penuh dari Pemkab Lamongan, acara ini tidak akan bisa terlaksana semeriah ini,” ujar Ki Samidin Purwoatmojo, perwakilan PB Wilwatikta dalam sambutannya.
Ia menegaskan bahwa paguyuban ini dibentuk sebagai bentuk dedikasi untuk membangkitkan kembali semangat mencintai adat dan budaya generasi-generasi selanjutnya.
Sementara itu, Resi Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi Nuaba mengungkapkan rasa haru dan takjub atas penyelenggaraan ritual budaya yang dinilainya luar biasa. “Saya sampai tak bisa berkata-kata,” tuturnya dengan penuh haru.
Acara ini juga dihadiri oleh jajaran kepala OPD, perwakilan Polres Lamongan, Dandim Lamongan, dan para pemerhati budaya. Pengetan Suro dan Grebek Wilwatikta kali ini bukan hanya menjadi peristiwa budaya, tetapi juga momentum spiritual dan historis dalam meneguhkan kembali akar kebangsaan yang berakar dari tradisi.
Sumber : kabarbaik.co