Museum Khusus Sunan Drajat termasuk salah satu museum nan menarik dikunjungi, koleksi masterpiecenya yaitu gamelan yang gendernya mempunyai hiasan berupa figur hewan mitologis, masyarakat sekitar mengenalnya dengan nama “Singo Mengkok,” konon peninggalan dari Sunan Drajat. “Yap, figur ini dipilih sebagai logo @lamonganbercerita.” Selain itu, ada juga bedug besar peninggalan keturunannya yang ke-III, Pangeran Wonotirto. Pembangunan museum yang berada di Kompleks Makam Sunan Drajat, Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan ini tidak bisa lepas dari prakarsa Bupati Lamongan saat itu, H. R. Mohammad Faried, S. H.
Pembangunan museum ini mulanya dimaksudkan untuk menghormati jasa-jasa Sunan Drajat, sebagai salah satu Walisongo yang diyakini berperan besar dalam penyebaran agama Islam di wilayah Lamongan, sekaligus untuk melestarikan benda-benda budaya bersejarah peninggalannya, keluarga dan para sahabatnya. Museum, pun, mulai dibangun pada 1991. Rampung dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur serta Bupati Lamongan pada 30 Maret 1992. Saat ini, kepemilikan museum berada di bawah tanggung jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamongan (
@disparbud.lamongan) serta dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Sunan Drajat.
Salah seorang pengunjung asal Bandung, Munawwir beberapa waktu silam (12/05/2022) mengaku “Koleksi yang membuat Saya terkesan, ada bedug besar yang merupakan peninggalan abad ke-17. Masih sangat kokoh dan kuat.” Museum ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 18.00 WIB, tanpa biaya masuk alias gratis. Perjalanan ke museum bisa ditempuh melalui jalur darat baik dengan sepeda ontel, motor, mobil, odong-odong maupun bus. Dari parkiran, selanjutnya dapat melalui pintu masuk ke arah makam Sunan Drajat. Setelah bertemu jalan bercabang pegunjung bisa memilih, bila ingin berziarah terlebih dulu bisa ambil lurus, tetapi bila ingin langsung ke museum bisa ambil ke kanan.